Sabtu, 24 Maret 2012

KREASI SENIMAN TOLITOLI


sonno' ft. nalzmc - tolitoli is the best - DOWNLOAD

PROFIL KABUPATEN TOLITOLI

Selayang Pandang

Kabupaten tolitoli adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah, Indonesia.
Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Tolitoli. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 4.079.6 Km2 dan berpenduduk sebesar 210.000 Jiwa (2008).
Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama Kabupaten Buol Tolitoli, Namun pada tahun 2000
berdasarkan Undang-undang No.51 Tahun 1999 kemudian Kabupaten Tolitoli dimekarkan
menjadi yaitu Kabupaten Tolitoli sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Buol sebagai
kabupaten hasil pemekaran.

Nama Daerah: Kabupaten Tolitoli
Ibu Kota: Tolitoli
Provinsi: Sulawesi Tengah

Luas Wilayah: 4.079.76 Km2
Jumlah Penduduk: 210.000 Jiwa ( Data Kependudukan Kantor Catan Sipil 2008)

WILAYAH TOLITOLI DAN PENDUDUK

Wilayah Tolitoli meliputi Kecamatan:

Dampal Selatan: 18,005 Jiwa
Dampal Utara: 13,553 Jiwa
Dondo: 22, 406 Jiwa
Basidondo: 10,117 Jiwa
Ogodeide: 11,275 Jiwa
Lampasio: 16,919 Jiwa
Baolan: 56,469 Jiwa
Galang: 26,243 Jiwa
Tolitoli Utara: 15,882 Jiwa
Dako Pemean: 7,135 Jiwa


Luas Areal sekitar : 4,079,77 Km2
Jumlah Penduduk
Pria: 102,165 Jiwa
Wanita: 95,889 Jiwa
Terdiri dari 73 Desa, 5 Kelurahan dan 10 Kecamatan.

Batas Wilayah
- Utara: Buol dan Laut Sulawesi
- Selatan: Kabupaten Donggala
- Barat: Selat Makassar
- Timur: Kabupaten Buol


Sejarah

SEJARAH TOLITOLI
Nama Tolitoli berasal dari kata Totolu, yang berarti Tiga.
Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui
Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat), dan Ue Saka
(Sejenis Rotan), jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau
Tamadika Baolan, yang menjelma melalu Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang
atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putri yang menjelma sebagai Bumbung
Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.

Kemudian nama Totolu berubah menjadi tontoli sebagaiman tertulis dalam
Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangi pihak Belanda anatara Dirk Francois
dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti
terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad
Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu,

Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut Ahli Bahasa
AC Kruyt dan DR Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini, yang daerah sebarnya
antara Desa Towera didaerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat
diperbatasan Gorontalo.


Logo Daerah

- BENTUK PRISAI JANTUNG: Kepahlawanan dan Patriotisme Persatuan
- BINTANG: Ketuhanan yang Maha Esa
- POHON KELAPA: Pohon Serbaguna yang menjadi perekonomian masyarakat
sejak dulu dan sekarang
- 5 BIJI POHON KELAPA DAN 5 PELEPAH: Mewujudkan dan mengamalkan Pancasila
sebagai Falsafah Negara
- LINGKARAN PUTIH: Menggambarkan kasih sayang dan persaudaran yang tulus
antara penduduk yang berdomisili didaerah ini
- PADI DAN KAPAS: Sandang dan Pangan atau lambang kesejahteraan dan kemakmuran
- DUA BUAH CENGKEH:Gambaran doa dan pengharapan yang artinya hubungan antara
seorang hamba dengan Tuhannya sekaligus cengkeh adalah salah satu komoditi
andalan yang banyak diusahankan masyarakat Kabupaten Tolitoli.
- RUMAH ADAT TOLITOLI DAN PINTU ADAT BAMBU KUNING: Rumah adat Tolitoli dan Pintu
adat bambu kuning
- DUA EKOR LUMBA-LUMBA: Sifat masyarakat Tolitoli yang ramah dan bergotong royong
- TIGA RIAK AIR: Menggambarkan masa lalu, masa kini dan masa akan datang.
Masa lalau adalah kisah lagenda tiga anak manusia atau totolu yang merupakan
cikal bakal lahirnya manusia pertama tolitoli dan berdirinya daerah ini.
Masa kini adalah kehiudpan dalam reformasi, transparansi dan demokrasi.
Masa datang adalah regenerasi dalam kehidupan dan penerus serta penentu kemajuan
daerah ini berakal dari masa lalu.
- GARIS LINTANG: Ikatan batin dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Tengah


Geografi

Tolitoli dengan letak geografis yang sangat strategis yaitu berada diselat
Makassar, salah satu dari tujuan selat strategi didunia, hubungan langsung
dengan dunia internasional mendorong pemerintah untuk terus mengembangkan
potensi daya terik investasi didaerah Tolitoli.

Seperti tertera di rencana strategis pengembangan daerah, ditahun 2010
mendatang Tolitoli dapat berdiri sebagai kabupaten mandiri dan sejahtera
bertumpu pada pertanian, perkebunan, industri, perikanan dan perdagangan.


IKLIM DAN TOPOGRAPI

Tolitoli memiliki ketinggian yang didominasi perbukitan dengan tinggi 0-2.500
meter dpl (diatas permukaan laut).
Sebagai bagian dari wilayah tropis memiliki suhu udara rata-rata 22,4-3,7 0C
dengan kelembaban udara pada kisaran 82-86%. Curah hujan pertahun 1.760,6 mm
dengan rata-rata 142 hari/tahun.
Kecepatan angina berada pada kisaran 10-15 knot.

Objek Pariwisata


1. Pantai Lalos, Batu Bangga, Kec. Galang
2. Pantai Tende dan Pantai Sabang Desa Tende Kecamatan Galang
3. Pantai Taragusung-Pulau Dolangan Desa Santigi Kecamatan Tolitoli Utara.
4. Pantai Dermaga Batu di Tolitoli Utara
5. Konservasi Burung Maleo, di Pantai tj. Matop, Pantai Pinjan
Desa Salumpaga Kec. Tolitoli Utara
6. Pulau Telur, Pulau Lingayan : Pemandangan Bawah Air
7. Air Terjun Kolasi Desa Bambapun Kecamatan Dampal Utara
8. Air Terjun Sigelan Desa Oyom Kec. Lampasi
9. Rumah Adat Balai Masigi, Desa Tambun Kecamatan Baolan
10.Makam Raja Tolitoli di Pulau Lutungan


Investasi


Tolitoli dengan letak geografis yang sangat strategis yaitu berada diselat
Makassar, salah satu dari tujuan selat strategi didunia, hubungan langsung
dengan dunia internasional mendorong pemerintah untuk terus mengembangkan
potensi daya terik investasi didaerah Tolitoli.

Seperti tertera di rencana strategis pengembangan daerah, ditahun 2010
mendatang Tolitoli dapat berdiri sebagai kabupaten mandiri dan sejahtera
bertumpu pada pertanian, perkebunan, industri, perikanan dan perdagangan.

IKLIM DAN TOPOGRAPI

Tolitoli memiliki ketinggian yang didominasi perbukitan dengan tinggian
0-2.500 meter dpl (diatas permukaan laut).
Sebagai bagian dari wilayah tropis memiliki suhu udara rata-rata
22,4 ? 33,7 0C dengan kelembaban udara pada kisaran 82-86%. Curah hujan pertahun
1.760,6 mm dengan rata-rata 142 hari/tahun.
Kecepatan angina berada pada kisaran 10-15 knot.

BUDIDAYA
Luas lahan cengkeh di Tolitoli 24.794 Ha, yang terdiri dari 23.299 Ha, tanaman
muda menghasilkan, dan 1.495 Ha, tanaman tua / rusak, tetapi masih menghasilkan,
sedangkan tanaman cengkeh muda yang belum mulai menghasilkan 102 Ha. Data kebu-
tuhan cengkeh nasional pada tahun 1999menunjukkan bahwa karena besarnya kebutuhan
cengkeh untuk pabrik rokok, infor cengkeh tahinitu mencapai 20.690 ton.
Meningkat cengkeh tolitoli tergolong berkwalitas bagus, maka pengembangan
perkebunan cengkeh merupakan kebijakan yang akan menguntungkan masyarakat petani
cengkeh dan Pemda Tolitoli. Kebijakan tersebut diatas mengacu pada Kebijakan
nasional dalam Pengembangan Cengkeh yang diarahkan pada :

1. Stabilitas harga cengkeh,
2. Dukungan penyediaan dana untuk peningkatan produksi dan mutu hasil,
3. Peningkatan nilai tambah komoditas cengkeh.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut Dinas Perkebunan Tolitoli telah menindak
lanjuti dengan perencanaan pengembangan cengkeh yang dititik beratkan pada
3 kegiatan, yaitu pengadaan bibit, budidaya, serta panen dan pasca panen.

Pengadaan bibit meliputi penambahan areal lahan pembibitan, penyediaan bibit
unggul, penyediaan modal petani, dan penyediaan pupuk serta obat-obatan.

Budidaya meliputi peremajaan dan perluasan lahan perkebunan cengkeh, peningkatan
mutu tanaman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyediaan permodalan petani.

Panen dan pasca panen meliputi peningkatan mutu cengkeh, perluasan pasar, dan
diversifikasi produk yang erat kaitannya dengan agro industri

Ketiga kegiatan diatas membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selama ini petani
cengkeh di Tolitoli menggunakan permodalan sendiri yang relatif terbatas,
sehingga dalam pengelolaan teknis budidaya yang dilakukan belum optimal.
Menyadari bahwa dana pembangunan daerah yang bersumber dari PAD terbatas,
maka Pemerintah Daerah Tolitoli mengundang investor untuk menanamkan modalnya
disektor budidaya cengkeh.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut Dinas Perkebunan Tolitoli telah men-
indak lanjuti dengan perencanaan pengembangan cengkeh yang dititik beratkan
pada 3 kegiatan, yaitu pengadaan bibit, budidaya, serta panen dan pasca panen.

1.Pengadaan bibit meliputi penambahan areal lahan pembibitan, penyediaan bibit
unggul, penyediaan modal petani, dan penyediaan pupuk serta obat-obatan.
2.Budidaya meliputi peremajaan dan perluasan lahan perkebunan cengkeh, peningkatan
mutu tanaman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyediaan permodalan petani.
3.Panen dan pasca panen meliputi peningkatan mutu cengkeh, perluasan pasar, dan
diversifikasi produk yang erat kaitannya dengan agro industri.

Ketiga kegiatan diatas membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selama ini petani
cengkeh di Tolitoli menggunakan permodalan sendiri yang relatif terbatas, sehingga
dalam pengelolaan teknis budidaya yang dilakukan belum optimal.
Menyadari bahwa dana pembangunan daerah yang bersumber dari PAD terbatas, maka
Pemerintah Daerah Tolitoli mengundang investor untuk menanamkan modalnya disektor
budidaya cengkeh.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut Dinas Perkebunan Tolitoli telah men-
indak lanjuti dengan perencanaan pengembangan cengkeh yang dititik beratkan
pada 3 kegiatan, yaitu pengadaan bibit, budidaya, serta panen dan pasca panen.

1.Pengadaan bibit meliputi penambahan areal lahan pembibitan, penyediaan bibit
unggul, penyediaan modal petani, dan penyediaan pupuk serta obat-obatan.
2.Budidaya meliputi peremajaan dan perluasan lahan perkebunan cengkeh, peningkatan
mutu tanaman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyediaan permodalan petani.
3.Panen dan pasca panen meliputi peningkatan mutu cengkeh, perluasan pasar, dan
diversifikasi produk yang erat kaitannya dengan agro industri.

Ketiga kegiatan diatas membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selama ini petani
cengkeh di Tolitoli menggunakan permodalan sendiri yang relatif terbatas, sehingga
dalam pengelolaan teknis budidaya yang dilakukan belum optimal.
Menyadari bahwa dana pembangunan daerah yang bersumber dari PAD terbatas, maka
Pemerintah Daerah Tolitoli mengundang investor untuk menanamkan modalnya disektor
budidaya cengkeh.

SARANA DAN PRASARANA
Kebijakan pengembangan prasarana wilayah di Kawasan Andalan Tolitoli diarah-
kan untuk membentuk perwujudan konsep pengembangan tata ruang dan menunjang
pertumbuhan kegiatan sektor unggulan dan kegiatan-kegiatan terkait.

Arahan pengembangan prasarana wilayah dapat ditunjukan sebagai berikut :

1.pembangunan prasarana penduduk dan kegiatan-kegiatan ekonomi sejalan dengan
kompleksitas kebutuhannya pada masing-masing pusat perumbuhannya.

2.Pembangunan prasarana dan sarana dalam menunjang peruuhan sektor-sektor
unggulan pada setiap clister (zoning) dan pertumbuhan wilayah disekitar,
meningkatkan aksesibitas dan pelayanan kebutuhan wilayah sekitarnya sehingga
membentuk sturuktur tata ruang yang dituju

Kawasan Andalan Tolitoli mempunyai prioritas utama pembangunan daerah pada pem-
bangunan danpeningkatan prasarana perhubungan baik darat, laut dan udara.
Melalui telekomunikasi usaha untuk mewujudkan prasarana perhubungan ini ditujukan
untuk membuka keterisoliran Tolitoli diharapkan dapat mencapai pemerataan pembangunan
keseluruhan wilayah Kabupaten Tolitoli.

Selain itu sebagai Kawasan Andalan Tolitoli harus dapat menciptakan iklim berusaha
yang menunjang tumbuhnya aktivitas ekonomi yang dapat diandalkan.
Untuk itu perlu dilakukan pengembangan prasarana sesuai dengan arah pembangunan
prasarana wilayah dalam Rencana Induk pengembanagan Kawasan Andalan Tolitoli.

Data umum
Luas Kabupaten : 4.079.77 Km2 atau 409.977
Luas Wilayah Laut Teritorial : 241.92 mil 300.856,22 Ha
Panjang Garis Pantai : 453.98 Km300.856,22 Ha
Letak Geografis : 000 35 LU; 010 20? LU

DOWNLOAD LAGU DAERAH TOLITOLI


Lagu Daerah Tolitoli oleh H. Iskandar A. Nasir, SH. MM dan Raden Roro Setyowati Harisakti, SH  Download

SINOPSIS MUSIK KREASI “ SALAMATAN TAU PANGAE “ KABUPATEN TOLITOLI SULAWESI TENGAH

Etnis tolitoli, merupakan salah satu etnis yang berada di sulawesi tengah, dan mempunyai beragam tradisi yang tidak jauh berbeda dengan tradisi budaya yang berada di kabupaten lain di sulawesi tengah.
Musik yang dimainkan merupakan musik yang diangkat dari kebiasaan masyarakat tolitoli pada waktu menolak bala, dimana dibuatkan satu ritual atau upacara adat menurukan perahu yang dinamakan MAGANDURLAN BANGGA. sebelum menurunkan perahu tersebut Masyarakat tolitoli memainkan beberapa kesenian tradisi seperti Musik Kulintang, Rabana, Ey-Ey (nyanyian rakyat), Lelegesan atau nyanyian dengan berbalas pantun sebagai rasa kegembiraan dengan dilaksanakannya upacara tolak bala tersebut.
Musik ini menggunakan beberapa alat musik tradisional seperti :
1. Gendang (Gagandang)
2. Kulintang atau Gulintang
3. Gong (Pamandi)
4. Bambu (Tanggekok)
5. Rabana,
6. Gambus,
7. Suling
yang di kolaborasikan dengan alat modern seperti simbal.
Musik ini dimulai dengan memainkan Rabana kemudian menyanyian beberapa nyanyian rakyat seperti LELEGESAN (berbalas pantun) dan EYEY yang dikolaborasikan dengan pukulan Rabana sehingga menghasilkan bunyi atau birama yang semangat sebagai tanda rasa syukur masyarakat tolitoli dengan diadakannya upacara proses penurunan perahu dan memainkan gulintang serta pukulan-pukulan gendang yang di kreasikan.
I. EY–EY merupakan nyanyian rakyat yang berasal dari etnis dondo yang berada di kabupaten tolitoli yang di gunakan pada saat acara–acara syukuran / selamatan, ritual pengobatan, pesta panen acara naik ayunan. EY–EY dinyanyikan secara bergantian oleh pria dan wanita di iringi dengan kecapi, gambus atau seruling.

EY-EY

SALAM DOA PAKA SAMBEAN IA
O INA DEI KITA SASAKAN E...EY…EY
ITAI TAMO IAMO
O INA ADAT TAU TOTOLI
MAGANDULAN BANGGA
O INA GAGAUAN OPUNG KAMI E...EY…EY
KITA GILIJONAN IA
O INA MOGOLANGI BANGGA E...EY…EY
SUANG BANGGA NOTORIMMOSMO
O INA BANGGA ANDULANMO E...EY…EY
BANGGA NIANDU
O INA MOGUNDAMO LIPU E...EY…EY
II. Lelegesan merupakan nyanyian yang berisi tentang ungkapan hati berupa rasa hormat, permohonan, sindiran, nasehat, rasa cinta dan ungkapan jenaka. Lelegesan biasa dinyanyikan sendiri atau secara bergantian antara pria dan wanita dengan di iringi musik tradisional kecapi atau gambus dan lelegesan dinyanyikan saat acara pesta perkawinan, pesta panen, memancing, acara syukuran / selamatan dan lain-lain.
PEMAIN
1. Gendang (Gagandang), Rabana : Djemi Sambow
2. Kulintang, Rabana : Achan Lagare
3. Rabana, Tanggekok (bambu) : Achmat T.R
4. Gendang, Rabana : Rahman Tondo
5. Gong (Pamandi), : Risky
6. Suling : Kardiman
7. Gambus, Vokal Lelegesan : Rahmad Umar
8. V o k a l : Nur Atik  
    Youce Timpolo
    Jefri Barnabas
    Hendra Lamo
    Nani Novita
9. Penata Musik : Achan Lagare


 
   

 

Mengukuhkan Tradisi Meleab

Tiga pasangan pria dan wanita cantik menari meliuk di atas pentas pertunjukan. Gerakannya seirama dengan tabuhan gendang yang terbuat dari kulit sapi serta gemercik kulintang dari lempengan tembaga. Ragam irama musik bambunya juga memikat. Jemari sang penarinya lentik, halus nan terang saat mendapat sentuhan cahaya lampu panggung.
Pakaian khas warna kuning dipadu biru melekat di badan tiga pasangan penari itu. Bertelanjang dada tanpa alas kaki. Mereka terus menari dengan gerakan mengketam padi ladang, memisahkan gabah dari tangkai dengan cara diinjak-injak di atas tikar yang terbuat dari daun nipa. Membersihkannya dari kotoran dedaunan atau gabah hampa dengan cara menapis, lalu menumbuknya di atas lesung kayu hingga menghasilkan beras.
Ritual memanen padi seperti itu merupakan tradisi nenek moyang masyarakat Tolitoli, dan tak mungkin dijumpai di era pertanian mesin seperti saat ini.
Namun tradisi itu kini diangkat kembali dalam bentuk seni pertunjukan. Tari itu disebut dengan “Meleab”. “Meleab” dalam bahasa daerah Tolitoli artinya membersihkan padi ladang.
“Meleab adalah seni tradisi satu paket. Tari itu menggambarkan proses bertani dari menanam padi, memanen, membersihkan, hingga menumbuknya menjadi beras di atas lesung kayu,” kata Akhiruddin J Umar, aktivis seni tradisi yang juga Kepala Bidang Seni Budaya Dinas Pariwisata Kabupaten Tolitoli.
Keindahan pertunjukan seni tradisional itu tampil dalam “opening art” pentas seni kemerdekaan, semarak peringatan HUT Proklamasi ke 64 di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, Jumat malam.
Seni itu dipentaskan di arena pementasan seni “Tompaa Lelegasan”. Nama ini berasal dari bahasa Tolitoli yang artinya tempat pementasan. Tempat ini resmi menjadi pusat pertunjukan seni sejak tahun 2008 lalu, pasca digelarnya pekan budaya tingkat provinsi Sulawesi Tengah. Tata letak panggungnya membelakangi laut dan pesona keindahan pulau Lutungan. Sebuah pulau yang memiliki sejarah kerajaan Tolitoli. Pancaran keindahan itu menambah hasrat penonton untuk menyaksikan setiap pertunjukan.
Menurut Akhiruddin, hal lain yang melekat di seni tradisi “Meleab” itu yakni seni bela diri. Seni yang satu ini juga warisan orang-orang terdahulu yang hingga kini terus dilestarikan meski tinggal dalam bentuk seni saja.
Konon orang Tolitoli tempo dulu setiap musim panen tidak saja mengandalkan kemampuan tenaga manusia, tetapi juga kekuatan magis, seperti saat memanggil angin. Angin menurut kepercayaan masyarakat Toli-Toli dapat didatangkan dengan kekuatan magis.
Angin sangat diperlukan untuk membersihkan gabah dari kotoran helai daun padi atau gabah hampa. Angin dibutuhkan untuk menerbangkan kotoran itu sehingga yang tersisah adalah gabah murni yang siap diolah menjadi beras.
“Pada sesi seperti ini orang-orang dulu biasanya menggunakan kekuatan magis untuk mendatangkan angin atau menerbangkan gabah ke udara dari dalam bakul,” kata Akhiruddin.
Pasca panen sebagai ungkapan syukur, petani zaman kerajaan tempo dulu juga menggelar acara syukuran pada malam hari. Hasil panen dihidangkan di depan raja atau Gaukan dan jajarannya.
Seni tradisi “Meleab” sudah mendapat penghormatan dari pemerintah. April 2008 lalu tari ini dipentaskan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam acara pesona budaya Indonesia.
“Saat tampil di TMII itulah kami mendapat tawaran untuk tampil di Malaysia dan Brunei Darussalam. Kami diundang oleh kedutaan Malaysia dan Brunei. Tapi belum terkabul karena sesuatu hal,” kisah Akhiruddin.
Tari “Meleab” tidak terikat dengan jumlah penari. Tari ini bisa juga dalam bentuk tari massal yang dimainkan oleh puluhan atau bahkan lebih dari 100 orang. Namun malam itu, tari ini hanya dimainkan oleh enam penari. Tiga pria dan tiga wanita.
Tari ini merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh seniman lokal, Djefri Yakobus. Musiknya diciptakan oleh Achan Lagare. Alat musiknya beragam mulai dari gendang, kulintang, gong dan bambu.
Menurut Achan Lagare, alat musiknya sengaja diambil dari alat-alat musik tradisional untuk menguatkan nilai dari tarian tradisional itu sendiri.
Seni tradisional lainnya yang juga memeriahkan pentas seni kemerdekaan di Tolitoli adalah musik tradisional “salamatan tau pangae” atau syukuran para nelayan. Tanggal 16-18 Juli lalu, seni musik “salamatan tau pangae” ikut ambil bagian pada festival gamelan ke-14 di Jogyakarta.
Ide dasar musik ini diambil dari upacara adat “magandulan bangga” atau prosesi pengarungan perahu ke laut dengan tujuan tolak bala. Perahu diturunkan pada subuh hari. Tradisi ini merupakan warisan tradisi masyarakat nelayan Tolitoli sejak zaman dulu. Sebelum acara penurunan perahu, lebih dulu dibuat acara syukuran dengan memainkan beberapa kesenian rakyat seperti lelegesan (nyanyian berbalas pantun), ei-ei (nyanyian ungkapan hati), rebbana, dan Maragai (pencak silat).
Lelegesan merupakan seni tradisi yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Tolitoli. Menurut Achan Lagare, penata musik “salamatan tau pangae”, nyanyian lelegesan bersifat situasional. Nyanyian ini menceritakan kondisi yang terjadi di sekeliling masyarakat dengan spontan. Konon banyak dari orang-orang tua dulu menemukan jodohnya saat berbalas pantun di acara-acara pesta rakyat.
Ketua Dewan Kesenian Tolitoli (DKT), Iskandar Nasir mengatakan, pementasan seni tersebut merupakan upaya DKT untuk melestarikan seni budaya Tolitoli. Dia berharap seni ini dapat menembus lintas kebudayaan global.
Sofyan Joesoef, ketua panitia pegelaran mengatakan, seni tradisi seperti “Meleab” dan “salamatan tau pangae” sengaja dipentaskan dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan sebagai refleksi atas budaya pertanian masyarakat lokal ditengah pergumulan modernitas saat ini. Sofyan mengatakan, seni tradisi budaya lokal memiliki nilai seni tinggi yang tidak bisa dinafikkan perannya dalam pembentukan karakter bangsa.
“Seni ini diharapkan menjadi asset bagi daerah dari sisi kepariwisataan. Selama ini kita hanya dimanjakan dengan budaya pop saduran. Padahal kita punya potensi musik tradisional yang bisa dikembangkan,” tandas Sofyan.

Lelegesan dan EY–EY

EY–EY merupakan nyanyian rakyat yang berasal dari etnis dondo yang berada di Kabupaten Tolitoli yang di gunakan pada saat acara–acara syukuran / selamatan, ritual pengobatan, pesta panen acara naik ayunan. EY–EY dinyanyikan secara bergantian oleh pria dan wanita di iringi dengan kecapi, gambus atau seruling.
Sedangkan Lelegesan merupakan nyanyian yang berisi tentang ungkapan hati berupa rasa hormat, permohonan, sindiran, nasehat, rasa cinta dan ungkapan jenaka. Lelegesan biasa dinyanyikan sendiri atau secara bergantian antara pria dan wanita dengan di iringi musik tradisional kecapi atau gambus dan lelegesan dinyanyikan saat acara pesta perkawinan, pesta panen, memancing, acara syukuran / selamatan dan lain-lain.